makna puisi "SAJAK PUTIH"
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
Dalam
puisi sajak putih digambarkan gadis aku pada suatu senja hari yang
indah ia duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang pada saat itu ada
warna pelangi yaitu langit senja yang indah penuh dengan macam-macam
warna. seolah diselimuti kain sutra diwaktu haru sudah senja. Sedangkan
rambut gadis itu yang harum ditiup angin tampak seperti sedang bersenda
gurau, dan dalam mata gadis yang hitam kelihatan bunga mawar dan melati
yang mekar. Mawar dan melati yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah
dan menarik . biasanya mawar itu berwarna merah yang menggambarka cinta
dan melati putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam mata si
gadis tampak
cinta yang tulus, menarik, dan mengikat. Suasana pada saat itu bsangat
menyenangkan, menarik,m penuh keindahan yang memduat si aku haru dengan
semua itu.
Dalam
pertemuan ke dua insan itu sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang
menggambarka tidak ada percakapan dari keduanya. Mereka hanya dian tanpa
ada sepatah kata yang diucapkan seperti hanya ketika waktu berdoa.
Hanya kata hati yang berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu
mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti hanya permukaan kolam yang
terisa air yang beriak tertiup angin. Dalam keadaan diam tanpa kata itu,
didalam dada si aku terdengar lagu yang merdu yang menggambarkan
kegembiraan. Rasa kegembiraan itu digambarkan dengan menari seluruh aku.
Hidup
dari hidupku, pintu terbuka menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya
penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar serta masih ada harapan
yna pasti bisa diwujudkan selam gadis kekasihnya masih menengadahkan
mukanya ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa si gadis masih mencintai s
aku, mau memandang kemuka si aku, bahkan juga isyarat untuk mencium
dario si aku. Keduanya masih bermesraan dan saling mencintai.
Begitu
juga hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar,
dikiaskan dengan darahnya yang masih mengalir dan luka, sampai kematioan
tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan. Sajak
merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih
mengiaskan ketulusa kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak putih berarti
suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur.
Tanda-tanda
semiotik untuk kegembiraan dan kebahagiaan di dalam sajak ini adalah
kata: tari, warna pelangi, sutra senja, memerdu l;agu, menari-neri,
pintu terbuka. Jadi, sajak ini bersuasana gembira. Namun biasanya sajak
Chairil Anwar bersuasana murung, suram dan sedih. Puisi tidak hanya
menyampaikan informasi saja, namun diperlukan kepadatan dan
ekspresifitas, karena hanya inti pernyataan yang dikemukakan. Karena hal
ini, maka sajak penyimpangan dari tata bahasa normatif seperti:
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…..
Bila
diucapkan secara normatif, maka ekspresifitasnya hilang karena tidak
padat dan tidak berirama. “Pintu akan selalu terbuka bagi hidup dan
hidupku. Selama matamu menengadah bagiku. Selama darah masih mengalir
jika engkau terluka. Antara kita sampai kematian datang kita tidak
membelah(berpisah). Dalam sajak ini pengertian abstrak dapat menjadi
kongret karena digunakan citraan-citraan dan gerak yang digabung dengan
metafora.
Rasa
sayangnya itu juga digambarkan dalam puisi Chairil Anwar yang berjudul
“Penerimaan”. Dalam puisi itu digambarkan bahwa si aku masih bisa
menerima si gadis yang telah berselingkuh dengan orang lain. Si aku
menerima dengan rasa penuh keihklasan dari si gadis yang telah mau
kembali kepelukannya. Terlalu sayangnya si aku, si aku menerima dengan
lapang dada tentang apa yang telah diperbuat oleh si gadis dengan orang
lain.
Dalam
puisi “Sajak Putih” banyak digunakan bahasa-bahasi kiasan. “Tari warna
pelangi” merupakan bahasa kiasan personifikasi yang menggambarkan benda
mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “ rambutmu mengalun bergelut
sernda” juga menggunakan bahasa kiasan personifikasi. Selain itu ada
kesamaan dalam penggunaan citraan-citraan agar mempunyai makna yang
kongret, serta menggunakan metafora-metafora.
No comments:
Post a Comment