About

Berpidato



Kiat – Kiat menjadi pewara dan berpidato yang baik

Dalam setiap kegiatan berpidato, dan juga semua kegiatan yang dibicarakan, pembawa acara selalu “hadir”. Kehadirannya memamg sangat penting, yaitu memberitahukan acara kepada hadirin dan mengatur pelaksanaan acara demi acara. Kelancaran dan kesuksesan suatu acara banyak ditentukan oleh pembawa acara. Dia adalah orang pertama yang harus menciptakan suasana akrab, tertib dan semarak. Selanjutnya, dia harus berusaha agar rangkaian acara dapat berjalan lancer dan menarik.
Sering terjadi pertemuan terasa hambar, kaku dan membosankan karena pembawa acara kurang mampu menciptakan suasana menyeangkan dalam pertemuan itu. Sebaliknya, tidak jarang suasana pertemuan tampak gayeng mengasyikkan karena pembawa acaranya yang piawai. Hal yang dapat dilakukan pembawa acara adalah berbicara di depan umum. Sama dengan orang yang berpidato yang juga berbicara di  depan umum. Karena itu segala persyaratan bagi orang yang berpidato juga harus dimiliki oleh pembawa acara.
Misalnya tentang cara berpakaian yang baik, cara bersikap, cara berbicara, cara melakukan persiapan dan sebagainya. Semua ketrampilan yang dimiliki oleh orang berpidato dapat digunakan unuk keperluan pembawa acara. Demikian pula sebaliknya, kemampuan pembawa acara dapat digunakan untuk bekal berpidato. Tentu saja dengan beberapa penyesuaian.
Tugas pembawa acara adalah sebagai berikut :
1.      menyusun acara
2.      mengecek persiapan dan kesiapan upacara
3.      membawakan / membacakan acara
4.      memantau ketertiban dan kelancaran acara
5.      menjalin kerja sama dengan panitia lin
6.      mengendalikan waktu

Mengingat besarnya tanggung jawab yang harus diemban, pembawa acara harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Sekurang-kurangnya pembawa acara harus melakukan persiapan berikut ini :
·         Pembawa acara harus mengumpulkan keterangan tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan acara yang akan dipandu
·         Bersam-sama dengan panitia, pembawa acara harus menentukan susunan acara dan alternative lain bila situasi tidak sesuai dengan yang direncanakan
·         Pembawa acara harus merencanakan ( kalau perlu harus berlatih berulang-ulang ) ucapan yang akan disampaikan dalam membuka acra, selama membawakan acara, dan menutup acara
·         Pembawa acara harus memeriksa situasi ruang / tempat upacara sehingga dia dapat mengetahui tempatnya berdiri, tempat duduk pembicara utama, tempat duduk undangan, kesiapan pengeras suara dll. Bila menemukan hal yang kurang “pas” pembawaacara perlu melakukan pembenahan seperlunya
·         Pembawa acara harus mengetahui siapa pembicara utama dalam pertemuan itu. Sebaiknya bukan hanya mengetahui orangnya, melainkan juga mengetahui latar belakang pendidikan, jabatan, dan daerah asalnya
·         Pembawa acara harus mengetahui jenis acarannya ( resmi atau tidak ) dan ahrus mengetahui pula siapa pendengar pada umumnya. Pengetahuan ini sangat berguna untuk menentukan cara membawakan acara yang tepat

Berikut ini disampaikan beberapa cara agar penampilan pewara dan pembicara tidak mengecewakan:
1.      Cara Berpakaian
Pembicara harus berpakain bersih, rapi, dan sesuai. Bersih tidak berarti harus mahal dan baru. Malahan pakaian yang terlalu mahal dan perhiasan yang berlebihan akan mengesankan adanya niat pamer. Sebaliknya, pakaian yang terlalu sederhan dan lusuh, apalagi cara memakainya tampak sekenanya saja, akan mengesankan kurang menghargai pendengar.
Cara memakai pakaian itu harus rapi. Kancing baju yang seharusnya dikancingkan jangan sampai ada yang terlupakan. Hal-hal kecil lainnya seperti ikat pinggang yang terbalik, peci yang menceng, dasi yang salah menalikannya, atau sepatu yang tidak disemir, semuanya dapat menarik kasak kusuk pendengar. Jenis pakaian harus sesuai dengan tempat, waktu, jenis acara, dan pendengar pada umumnya.

2.      Cara berdiri
Sikap berdiri harus tegak, jangan condong ke kiri, kanan, muka, atau ke belakang. Berat badan harus ditopang dua kaki dan tangan dibiarkan menggelantung. Tapi jangan seperti orang dalam posisi siap dalam berbaris – baris. Juga jangan seperti orang dalam posisi istirahat di tempat.
Tangan jangan terlalu lama berpegang pada podium, apalagi ditambah tubuh condong bersandar pada podium. Semunya itu mengesankan sikap main-main atau sikap takut seperti anak kecil yang menarik-narik baju kebaya ibunya mencari perlindungan. Selain itu, berpegang dan bersandar pada podium membuat gerakan anggota tubuh terbatas. Padahal, gerakan anggota tubuh secara spontan sangan berguna untuk meningkatkan kelancaran dan kemantapan berbicara.

3.      Cara Mememgang Mikrofon
Bila pendengar cukup banyak dan ruang cukup luas, biasanya panitia menyiapkan sarana berupa pengeras suara ( sound system ). Penggunaan sarana ini perlu diperhatikan. Pertama, mikrofon yang sudah ada standarnya jangan dipegang-pegang, selain menimbulkan bunyi mendengung juga mengesankan pembicara tidak tenang. Kedua, mikrofon yang tidak ada standarnya cara memegangnya secara wajar saja. Jangan dipermainkan kabelnya dan jangan dipakai bergaya seperti penyanyi di panggung.
Hal ini bisa mengesankan penbicara tidak tenang. Bahkan bias diartikan bahwa pembicara kurang sopan karena berpidato sambil bermain-main. Ketiga, jarak antara mikrofon dengan mulut jangan terlalu dekan dan jangan pula terlalu jauh. Jarak ideal biasanya 20 cm. Jarak yang terlalu dekat mengakibatkan suara tidak jernih dan pembicara akan terpengaruh untuk berbicara seperti orang berbisik, sebalinya, bila terlalu jauh maka suara tidak akan masuk sound system.

4.      Kejelasan lafal
Bahasa merupkan saran komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Kejelasan lafal yang diucapkan oleh pembicara atau pewara sangat mempengaruhi kejelasan maksud penutur. Sehingga dalam melafalkan huruf atau ejaan haruslah jelas, tidak seperti orang yang berbisik atau berdzikir. Jadi, pengucapan lafal harus jelas.

No comments: