KUMPULAN PUISI CINTA, ini muncul ketika perubahan umur yang mengakibatkanku membuat sebuah kata-kata indah dengan ditujukkan kepadamu, cinta berawal dari mata dan akan berjalan dengan sendirinya. tidak ada alasan, dan juga tidak ada perbandingan cinta adalah cinta, tidak perlu definisi secara global dan mendetail, jemari kusam ini merangkai kata hanya untukmu dan untukmu.
Salam Budaya...!!!
Puisi cinta Tahap ke2
terkadang fikiranku menjelma memelukmu
kasih dan tujuan tertuju untukmu
ini fitnah, fitnah pada diriku sendiri
ini munafik, munafik untuk jiwaku
kerongkongan dan hawa yang membelesit
mesesatkan agar aku mencari selingan
bukan karena tidak cinta lagi
tidak pula aku bosan
inilah cinta tahap kedua
hanya orang-orang tertentu merasakan
bukan karena golongan biru
satu dari seribu orang yang tahu
berdampingan karena kecocokan yang membisu
kebohongan karena keadaan
hanya ketertarikan belaka dan dangkal
karena semua hasil dari kompromi
inilah cinta tahap kedua
yang sangat menyiksaku
PUISI CINTA Andai...???
Andai kau tahu
Apa ?
Apa yang ku rasakan saat ini?
Jika bisa tahu
Ku mohon,bilang apa yang kau tahu!
dan Ku mohon ungkapkan rasa yang ada di hati mu!
Andai kau tahu
Hanya dirimu dalam benakku
Hanya nama mu yang terukir otakku
Hanya wajah mu yag ada di bayangan ku
andai kau tahu
Telah menebar cinta di hatiku
Telah membagi rasa indah di hati
Walau hanya aku yang merasakan
Cinta datang
ku lihat dirimu
Dan tiba-tiba ada yang berbeda
Di hati ku, karna hanya dirimu di hati
tolong bilang
semoga sama dengan ku
kuberikan separuh jiwa ku
bukan separuh lagi
tapi
seluruhnya sampai ajal menghampiriku
karena engkaulah yang ada
dalam hatiku.
kusimpan
Berapa lama lagi aku simpan
dengan apa?
apakah aku harus menghitung waktu di antara jemari,
Matamu yang hitam membalas tatapan malu.
Kenapa aku begitu lemah menyentuh tubuh binal
Kau menari diatas dadaku
Memberontak tak karauan
Kenapa jiwaku berdawai lincah
Memujamu pun aku tak menemukan ragu ataupun malu
Kadang aku pun tak lelah,
mengirup udara dan harum tubuhmu
dunia pun aku arungi.
Tak perduli terjalnya
kusimpan
Berapa lama lagi aku simpan
dengan apa?
apakah aku harus menghitung waktu di antara jemari,
Matamu yang hitam membalas tatapan malu.
Kenapa aku begitu lemah menyentuh tubuh binal
Kau menari diatas dadaku
Memberontak tak karauan
Kenapa jiwaku berdawai lincah
Memujamu pun aku tak menemukan ragu ataupun malu
Kadang aku pun tak lelah,
mengirup udara dan harum tubuhmu
dunia pun aku arungi.
Tak perduli terjalnya
aku harus memberanikan
karena...?
karena...?
No comments:
Post a Comment