About

Contoh Kajian Strukturalisme” “SANGKURIANG DAN OEDAPIUS”

 Contoh kajian Struturalis

 

selamat malam, semuanya...saatnya admin ini memberikan sedikit pengetahuan mengenai Contoh Kajian Strukturalisme, dari sedikit ilmu ini semoga lebih banyak bermanfaat, pastinya semua teman-temansudah mengerti dan sering mendengar tentang cerita Sangkuriang, akan tetapi masih asing ketika mendengar kata atau cerita Oedapius, penasaran atau biasa-biasa saja...!!! pastinya penasaran untuk kalangan pelajar. simak saja Contoh kajian Strukturalis dibawah ini:

Contoh Kajian Strukturalis Sangkuriang dan Oedapius



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Karya sastra merupakan karya imajinatif, menggunakan medium  bahasa yang unsur-unsurnya dominan. Maka perlu adanya penilaian atau kritik yang menunjukkan nilai seni karya sastra tersebut. Karya sastra juga mempunyai struktur yang dinamis melalui para penafsirnya di sepanjang zaman. Maksudnya berubah-ubah menurut tanggapan para pembaca yang menafsirkannya.
Karena karya sastra terjalin dari bahan-bahan dan unsur-unsur pembentuk sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan, maka penilaiannya pun harus mampu memenuhi kriteria estetik dan kriteria ekstra estetik. Kriteria estetik dikenakan pada struktur estetik yang dapat menimbulkan pengalaman estetik. Sedangkan kriteria ekstra estetik dikenakan pada unsur atau ‘bahan-bahan’ karya sastra yang berupa kata-kata dan tingkah laku manusia yang dikemukakan, ide atau gagasan dan sikap-sikap manusia.
Semuanya itu termasuk bahasa di luar karya sastra; tetapi dalam suatu puisi yang baik dan berhasil, bahan-bahan tersebut terjalin dalam hubungan-hubungan bermacam-macam oleh dinamika-dinamika tujuan estetik. Struktur-struktur estetika itu tersusun untuk mendapatkan nilai estetik karya sastra. Seperti pemilihan kata yang tepat, kombinasi kata atau kalimat yang menimbulkan efek puitis, penyusunan alur, kebaruan dan kemampuan untuk membuat pembaca terpesona.
Cerita pendek (cerpen) merupakan salah satu karya sastra berbentuk prosa. Secara leksikal, definisi daeri cerpen itu sendiri ialah sebuah kisahan pendek (kurang dari 10.000 karakter) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).
Cerita pendek tersebut terdiri dari unsur-unsur pembangun cerita yang merupakan satu kesatuan yang dipadukan hingga terbentuklah sebuah kisah yang saling berkait dan dapat dipahami substansi peristiwanya. Unsur tersebut akan penulis bahas dalam uraian yang penulis beri titel: “Bedah Struktur Cerpen ‘Sangkuriang Dan Oedapius.
Dalam membedah cerpen “Sangkuriang Dan Oedapius” ini penulis menggunakan metode atau teori strukturalis
1.2    Tujuan penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penulisan tuas akhir ini yang berjudul “mencari makna Manfaat Teoretis
Teori-teori, asumsi, persepsi atau pernyataan dari berbagai sumber diharapkan dapat membantu peneliti-peneliti sastra lainnya sebagai acuan atau referensi dalam mengkaji atau menganalisis novel
Manfaat Praktis
Penulisan ini dapat bermanfaat bagi pengajaran sastra dalam pengembangan disiplin ilmu sastra terutama apresiasi (karya) sastra bagi penulis, pembaca atau penikmat serta masyarakat sastra.

1.3    Rumusan masalah
Setelah memahami yang terdapat dalam latar belakang, penulis menemukan beberapa masalah yaitu :
1.      Pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca ?



BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Pendekatan
Strukturalisme historis yang juga disebut strukturalisme genetik, menganggap teks yang dianalisis itu khas dari historis yang dapat dikaji dari struktur dalam maupun struktur luar seperti lingkungan sosial, ekonomi, ataupun politik yang menghasilkannya.
Dari sudut pandang sosiologi, strukturalisme historis penting artinya, yaitu menempatkan karya sastra sebagai data dasar penelitian, memandangnya sebagai suatu sistem makna yang berlapis-lapis yang merupakan suatu totalitas yang tak dapat dipisah-pisahkan. Karya sastra juga mempunyai hubungan erat dengan faktor-faktor eksternal tetapi tidak terpengaruh sepenuhnya.
Sosiologi (Goldmann) menyatukan analisis struktural dengan materialisme dan dialektik. Salah satu prinsip metode dasarnya: untuk bisa realistis, sosiologi harus bersifat historis. Demikian juga sebaliknya: untuk bisa ilmiah dan realistis, penelitian sejarah harus bersifat sosiologis. Jika sosiologi dipisahkan dari sejarah, maka akan menjadi disiplin yang tak meyakinkan dan abstrak, demikian pula sebaliknya dengan sejarah. Dalam hubungannya dengan telaah sastra, metode semacam itu masih bisa digunakan asalkan:
Goldmann juga mengembangkan konsep tentang pandangan dunia yang terwujud dalam karya sastra dan filsafat yang besar. Pandangan dunia ini diartikan sebagai suatu struktur global yang bermakna, suatu pemahaman total terhadap dunia yang mencoba menangkap maknanya dengan segala kerumitan dan keutuhannya.
Ia juga menandaskan bahwa pandangan dunia erat sekali hubungannya dengan kelas-kelas sosial (pandangan dunia selalu merupakan pandangan kelas sosial). Pandangan dunia bagi Goldmann bukanlah merupakan fakta empiris yang langsung tetapi lebih struktur gagasan, aspirasi, dan perasaan yang dapat menyatukan suatu kelompok sosial lain. Pandangan dunia merupakan suatu yang abstraksi; ia mencapai bentuknya yang konkrit dalam sastra dan filsafat.
Pandangan dunia adalah eksprensi teoritis dari suatu kelas sosial pada saat-saat bersejarah tertentu dan pengarang, filsuf, serta seniman menampilkannya dalam karya-karyanya. Pendekatan sosiologis yang sahih hanya bisa dilaksanakan terhadap karya sastra yang besar. Pandangan dunia dapat dipergunakan untuk memisahkan yang esensial dari yang kebetulan saja; maka dapat pula dipisahkan antara karya sastra yang besar dari yang rendah ‘nilainya’. Pemisahan ini didasarkan pada factor internal, bukan eksternal.




BAB III
PEMBAHASAN
TABEL PERBANDINGAN
ANTARA SANGKURIANG DENGAN OEDIPUS

No.
SANGKURIANG
OEDIPUS

Berdasarkan Unsur Sastranya

1.
Babi minum air seni manusia lalu melahirkan bayi perempuan yang cantik
Bayi laki-laki raja dibuang di hutan karena ramalan para rahib anak itu akan memusnahkan kerajaan
2.
Gadis kawin dengan anjing dan melahirkan anak laki-laki
Anak ditemukan raja Thubes dan setelah dewasa menggantikan ayah angkatnya
3.
Anak laki-laki membunuh ayahnya
Anak laki-laki membunuh ayahnya
4.
Anak diusir, mengembara, jatuh cinta kepada seorang puteri
Anak jatuh cinta dan mengawini putrid dari kerajaan taklukan.
5.
Putri mengajukan syarat membendung Sungai Citarum dan perahu dalam waktu semalam
Putri menggantung diri
6.
Syarat hampir terpenuhi putri mengibarkan bendera putih
Anak menyadari lalu menghukum diri dengan mencungkil matanya
7.
Anak marah, perahu disepak tertelungkup, jadilah Gunung Tangkuban Perahu
Masyarakat marah, anak dibuang ke Colunus

Berdasarkan Materi Cerita

1.
Baginda Sungging Perbangkara, Maharaja Priangan dengan pengiringnya berburu di hutan “tutupan”
Baginda Lius, maharaja Yunani memanggil para rahib untuk melihat peruntungan putra baginda yang akan lahir

2.

Celeng Wayungyang, babi betina, merasa kehausan dan minum genangan air (air seni baginda)

Yocasta, permaisuri raja yang cantik dan tetap muda melahirkan seorang putra yang tanpan
3.
Celeng Wayungyang melahirkan seorang putrid
Putra dibuang ke hutan karena menurut ramalan putra itu akan merusak kerajaan dan membunuh raja
4.
Bayi perempuan itu ditemukan oleh baginda, diasuh diistana dan diberi nama Dayang Sunbi
Anak itu ditemukan oleh Raja Thebes yang sedang berburu, diangkat anak dan diberi nama Oedipus
5.
Setelah dewasa dayang Sumbi tumbuh menjadi putri yang cantik dan tetap muda, tetapi batinnya tidak tentram
Setelah dewasa Oedipus tumbuh menjadi pemuda yang tampan, cerdas, dan perkasa
6.
Dayang Sumbi mengasingkan diri ke hutan, ingin mengenal Sang Rumuhun (Tuhan yang menciptakannya)
Ketika Raja Thebes mangkat (ayah angkatnya) Oedipus diwisuda sebagai Raja Thebes
7.
Ketika sedang menenu, teropong Dayang Sumbi terjat, dayang Sumbi berkata: yang megambilkan teropongnya bila perempuan diangkat sebagai saudaranya dan bila pria akan menjadi suaminnya
Oedipsus ingin menguasai semua kerajaan, maka diseranglah kerajaan Raja Lius (dibunuh dengan tangannya sendiri)
8.
Si Tumang, anjing jantan yang sesungguhnya dewa yang kena ktukan mengambilkan teropong itu
Oedipus sebagai pemenang, ia mengawini Yocasta yang tetap cantik d an muda
9.
Dayang Sumbi melahirkan seorang putra dan diberi nama Sangkuriang
Yocasta menggantung diri ketika tahu bahwa Oedipus putranya yang dibuang
10.
Sangkuriang berburu di hutan dengan membawa si Tumang (yang disuruh memburu babi betina, tapi tidak mau dan akhirnya dibunuh oleh Sangkuriang)
Raja Oedipus yang telah menyadari perbuatannya lalu menghukum dirinya dengan cara mencungkil kedua matanya
11.
Dayang Sumbi marah, Sangkuriang dipukul dahinya dengan sendok, diusir lalu mengembara
Raja Oedipus merasa malu kepada sesame dan merasa berdosa, maka ia dan keluarganya meninggalkan kerajaan dan membuang diri ke Colunus (dekat Athena) dan masyarakat pun tidak menghendaki rajanya
12.
Tanpa disadari Sangkuriang kembali ke tempat semula dan jatuh cinta kepada seorang gadis (Dayang Sumbi)
-
13.
Dayang Sumbi menolak halus lamaran Sangkuriang (cacat di dahinya mengingatkan Dayang Sumbi); ia mau menerima lamarannya bila ia membuatkan telaga dengan perahunya dalam waktu semalam
-
14.
Dengan kesaktiannya Sangkuriang hampir dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi
-
15.
Dayang Sumbi menghalangi pemenuhan syarat itu; ia mengibarkan kain putih (boeh raring: kain keramat) sehingga seolah-olah fajar telah menyingsing
-
16.
Sangkuriang marah, perahu ditendang dan tertelungkup kemudian menjadi Gunung Tangkuban Perahu
-

Berdasarkan Motif yang Terkandung

1.
Motif mitologis, yaitu terjadinya Telaga Bandung dan Gunung Tangkuban Perahu
Motif mitologis, yaitu runtuhnya kerajaan dan terjadinya sebuah kerajaan
2.
Motif binatang, yaitu Celeng Wayungyang dan si Tumang sebagai binatang magis
-
3.
Motif tabu, yaitu perkawinan antara ibu dan anak; Dayang Sumbi dengan Sangkuriang (tabu seks)
Motif tabu, yaitu perkawinan Yocasta dengan Oedipus
4.
Motif magis, yaitu Sangkuriang mempunyai kekuatan membendung Sungai Citarum menjadi Danau Bandung dan Gunung Tangkuban Perahu dalam waktu semalam. Dayang Sumbi juga mempunyai kekuatan untuk menimbulkan kesan seolah-olah fajar menyingsing
Motif magis, yaitu Oedipus mempunyai kekuatan menaklukkan kemaharajaan Yunani dan membangun negara baru
5.
Motif pengujian (test), yaitu Dayang Sumbi meminta Sangkuriang membuat danau dan perahu sebagai syarat perkawinan
-




BAB V
PENUTUP
a.      Simpulan
Orang tua khusunya ibu adalah sesosok manusia yang sangat berharga dan orang ang paling berjasa dalam hidup kita, bahkan nyawanya juga dipertaruhkan untuk kita kita sebagai anak. Seharusnya kita malu kepadanya karena sering kita menolak dan membantah apa yang beliau katakan, sebenarnya ia segalanya dalam perjalanan hidup kita.
Setelah memahami isi dari kedua novel itu, janganlah sekali-kali kita menikah dengan orang yag mempunyai hubungan darah dalam ranah keluarga.




DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo
www.dock.stock. Sastra bandingan.com
www.dock.stok. Struktural genetik sastra.com
siswanto. Metode Penelitian sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar









No comments: