About

BAB II Sastra Bandingan


METODE PENELITIAN
1.1    Pendekatan
Strukturalisme historis yang juga disebut strukturalisme genetik, menganggap teks yang dianalisis itu khas dari historis yang dapat dikaji dari struktur dalam maupun struktur luar seperti lingkungan sosial, ekonomi, ataupun politik yang menghasilkannya.
Dari sudut pandang sosiologi, strukturalisme historis penting artinya, yaitu menempatkan karya sastra sebagai data dasar penelitian, memandangnya sebagai suatu sistem makna yang berlapis-lapis yang merupakan suatu totalitas yang tak dapat dipisah-pisahkan. Karya sastra juga mempunyai hubungan erat dengan faktor-faktor eksternal tetapi tidak terpengaruh sepenuhnya.
Sosiologi (Goldmann) menyatukan analisis struktural dengan materialisme dan dialektik. Salah satu prinsip metode dasarnya: untuk bisa realistis, sosiologi harus bersifat historis. Demikian juga sebaliknya: untuk bisa ilmiah dan realistis, penelitian sejarah harus bersifat sosiologis. Jika sosiologi dipisahkan dari sejarah, maka akan menjadi disiplin yang tak meyakinkan dan abstrak, demikian pula sebaliknya dengan sejarah. Dalam hubungannya dengan telaah sastra, metode semacam itu masih bisa digunakan asalkan:
Goldmann juga mengembangkan konsep tentang pandangan dunia yang terwujud dalam karya sastra dan filsafat yang besar. Pandangan dunia ini diartikan sebagai suatu struktur global yang bermakna, suatu pemahaman total terhadap dunia yang mencoba menangkap maknanya dengan segala kerumitan dan keutuhannya.
Ia juga menandaskan bahwa pandangan dunia erat sekali hubungannya dengan kelas-kelas sosial (pandangan dunia selalu merupakan pandangan kelas sosial). Pandangan dunia bagi Goldmann bukanlah merupakan fakta empiris yang langsung tetapi lebih struktur gagasan, aspirasi, dan perasaan yang dapat menyatukan suatu kelompok sosial lain. Pandangan dunia merupakan suatu yang abstraksi; ia mencapai bentuknya yang konkrit dalam sastra dan filsafat.
Pandangan dunia adalah eksprensi teoritis dari suatu kelas sosial pada saat-saat bersejarah tertentu dan pengarang, filsuf, serta seniman menampilkannya dalam karya-karyanya. Pendekatan sosiologis yang sahih hanya bisa dilaksanakan terhadap karya sastra yang besar. Pandangan dunia dapat dipergunakan untuk memisahkan yang esensial dari yang kebetulan saja; maka dapat pula dipisahkan antara karya sastra yang besar dari yang rendah ‘nilainya’. Pemisahan ini didasarkan pada factor internal, bukan eksternal.
Syarat pendekatan sosio-historis (strukturalisme genetik):
1.      Kebesaran karya sastra yang didasarkan pada fakta estetis (dari Goldmann) yang terdiri dari 2 tataran, yaitu:
  1. Hubungan antara pandangan dunia sebagai suatu kenyataan yang dialami dan alam ciptaan pengarang.
  2. Hubungan antara alam ciptaan ini dan alat-alat tertentu (seperti sintaksis, gaya dan citra) yang dipergunakan pengarang dala penulisannya.
2.      Metode/pendekatan sosio-historis sebaiknya diterapkan pada karya sastra masa lampau (hanya sekedar pertanyaan fakta saja).

Sumbangan yang diberikan oleh pendekatan/metode sosio-historis:
1.      Dapat menunjukkan berbagai pandangan dunia yang ada pada suatu zaman tertentu di samping menyoroti isi dan makna karya sastra yang ditulis di zaman itu.
2.      Dapat menentukan langkah selanjutnya, yaitu:
  1. Menunjukkan hubungan antara salah satu pandangan dunia dan tokoh-tokoh serta hal-hal yang diciptakan dalam karya sastra tertentu (estetika sosiologis)
  2. Mencoba menunjukkan hubungan antara alam ciptaan pengarang dengan perlengkapan sastra yang dipergunakan pengarang untuk menuliskannya (estetika sastra).
Langkah-langkah yang diambil Goldmann itu disebut sebagai strukuralisme historis atau diistilahkan sebagai strukuralisme genetic yang digeneralisir. Ia pertama-tama meneliti struktur-struktur tertentu dalam kelas, dan selanjutnaya menghubungkan struktur-struktur tersebut dengan kondisi sosial dan histories yang konkrit, dengan kelompok sosial dan kelas sosial yang mengikat si pengarang dan dengan pandangan dunia kelas kelas yang bersangkutan.
Ia berpendapat bahwa sudah sewajarnyalah apabila pada perkembangan pada novel sebagai genre sastra sebab novel mewujudkan pencarian nilai-nilai di dunia yang tak mengandung keotentikan, dunia yang dirusak dan dikuasai oleh nilai-nilai guna, bukan oleh nlai-nilai manusia.
Pandangan dunia bukanlah ideologi, sebab ideologi merupakan ‘kesadaran palsu’ sedangkan pandangan dunia adalah ‘kesadaran sejati’. Goldmann juga berpendapat bahwa karya yang besar hanya bisa tercipta dalam saat-saat krisis yang luar biasa, sebab hanya dalam krisis sosial dan politiklah manusia menyadari teka-teki kehadirannya di dunia.
Teks (atau bagian-bagiannya) tidak lagi dianggap sebagai cermin pasif (sumber mencari keterangan tentang masyarakat yang digambarkan di dalamnya). Teks sastra diperlakukan sebagai sasaran utama penelitian, dan dianggap sebagai suatu totalitas yang tidak sekedar terdiri dari unsur-unsur yang terlepas.




1.2    Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terhadap novel “Dibawah lindungan ka’bah dan tenggelamnya kapal vander wick, dan wawancara melalui media elektronik (email) kepada teman-teman satu jurusan. Wawancara melalui email dapat mempermudah observasi yang penulis lakukan terhadap makna setiap katanya dalam kedua karya sastra tersebut,Hal yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data adalah membaca keseluruhan cerita dari keduanya.

No comments: