About

Puisi Sindhunatha, cintamu sepahit topi miring (2)

keinginan muncul untuk mendalami dalam dunia Sastra salah satunya dengan belajar menganalisis dari Kumpulan puisi Airkata-kata Sindhunata (Part2) dibawah ini, sedangkan untuk analisisnya, lihat saja disini. selain itu juga dalam analisinya mengungkap sutu Kehidupan, yang terjadi pada sekarang.

puisi ini tidaklah menarik ketika kita hanya melihat dari judul dan dari bait kebait , dan selalu berkonotasi buruk setelah lihat dari keduanya, tanap dianalisis. karena Puisi merupakan karya sastra yang kata-katanya dipadatkan.

Belajar Menganalis Puisi.

SALAM BUDAYA...!!!


Cintamu Sepahit Topi Miring

senja didesa baron
matahari tenggelam dalam kemaron
lembu betina lari melompat-lompat
dikejar-kejar anaknya yang kecil melompat
senja lucu dengan kasih sayang ibu dan anak
langit senja mengandung sapi beranak
terpesona Ranto melihat, ia tertawa bergelegak
dan berubah menjadi ranto gudel,sang pelawak

jadi marmoyo dipanggung ketoprak
Ranto gudel meminum arak
terendam dalam ciu
birahinya jadi biru
diajak Nyai Dasima bercinta
dengan cinta sepahit topi miring
layar dibuka turun hujan gembukan
dewi mlenuk gembuk datang
membawa seguling roti cakwe
marmonya rebut terguling
tidur dipangkuan Nyai Dasima
yang sekeras ciu cangkol dadanya

kemana Ranto gudel pergi
panggung selalu harum dengan arak wangi
Di riwedari jadi Petruk
Garengnya diajak mabuk
Bagongnya menggleyor
Semarnya berjualan ciu cangkol
dengan terang lampu semprong
Pak Mloyo memukul kentong
Nongji Nong ro
giginya ompong menggerong
Ranto Gudel Mendhem
nyungsep di Bengawan Solo
disana ia lalu menyanyi
itu perahu,riwayatmu dulu
kini sungaimu mengalirkan arak wangi
dengan harumnya aku mandi

thuyul gundul ke sana kesini bawa gendhul
genderuwo thela-thelo tampak loyo
jrangkong jalannya miring-miring dhoyong
dhemit setan wedhon
anak-anak Batari Durga dari bukit Krendhawahana
semuanya mabuk menari-nari

sengkuni leda lede
mimpin baris ngarep dewe
eh barisane menggok
engkuni malah ndeprok

belum selesai nabuh kenong
nong ji nong ro
Pak Mloyo pulang geloyoran
abu-abu wajahnya terendam ciu
dari jauh Ranto Gudel melihatnya
duduk berjongkok di Bengawan Solo
air mengalir sampai jauh
membawa botol-botol cangkol
yang mengapung-ngapung seperti lampion
nyalanya bundar, berbunyi seperti kenong
Pak Mloyo terguling ke Bengawan Solo
dengan irama nongji Nong ro
Ranto Gudel tertawa
itu perahu botol cangkol
mengalir sampai jauh
akhirnya kelaut berombak ciu

malam berpayung hitam
hitam dibuka denga bulan
Ranto gudel minum arak berkonang
mengantar gadis pulang, berdandan bidan
roknya putih,baju putih
serba puitih dari pada peri
tiba dipinggir kali
Ranto Gudel diajak kekiri
rumahnya temaram
kursinya sedingin batu bulan
birahinya menyentuh dingin
tergeletak ia diatas kijing
Dhemit elek asu tenan
Mengumpat Ranto gudel geram
ia marah terendam arak berkonang
au baru saja aku bercinta dengan setan

cinta manusia seperti umbul pengging
dulu bening sekarang keruh
dulu kerajaan sekarang desa
Ranto Gudel dengan empat istrinya
tak pernah abadi cintanya

memang enak jadi wedhus dari pada manusia
bila mati, manusa digundukan tanah
kepalanya dikencingi wedhus yang merumput'
nasib manusia hanyalah sengsara pada akhirnya
mengapa kita mesti bersusah
hiduplah seperti joko lelur
siangnya melamun minum limun
malamnya bangun minum berminum
lapen ciu cangkol arak berkonang

sekarang disudut-sudut rumah
botol cangkol dipasangnya
untuk menolak dan menakut-nakuti tikus
dihari tuanya Mbah Ranto mengenag
bayangkan,ciu cangkol hanyalah sepirtus
yang bisa mengusir tikus
padahal aku inum sampai lampus
aku memang benar-benar Wedhu

Huekkk
Huekkkkk
Huekkkkk

Wi-wis

No comments: