‘’AKU
BUKAN LAH ENGKAU’’
A :
Matahari selalu terbit dari timur, akan tetapi ratapan untuk masa depan tidak
seindah dan terang seperti halnya ketika matahari menunjukkan fatamorgana pada
pagi hari, duduk dan termenung ketika surya sudah bosan melihat dengan wajah
yang tampak begitu membosankan.
....
Bapak : aku
harus bertanya pada siapa, dengan hatiku sendiri, itu tidak mungkin karena
hatiku sudah beku dan sudah mengeras dengan alasan sebuah kehidupan, bertanya
pada tetangga itu juga tidak mungkin karena sekarang jamannya lho-lho, gue-gue,
dan apakah mungkin aku harus bertnya pada rumput yang bergoyang, ha...ha itu
lebih gila lagi.
Ibuk :
silahkan kau tanya kepada siapa saja yang kau mau tentang kehidupan, kau tidak
akan menemukan semua jawaban itu, lihat saja dirimu. Kalau aku, tidak usah
menyakan sebuah kehidupan, jawaban yang aku ingin mendatangi diriku tanpa harus
bertanya, semuanya duwit dan uang itulah jawabku.
Rere :
kenapa harus bingung dan bingung, jadi diri sendiri aja seperti gue.
Bapak :
semakin gila setiap hari aku menyakan itu, terlintas untuk membunuh rohku yang
selalu menertawakan aku yang selalu merintih sebuah jawaban.
B :
TITIK
TAK BERTUJUAN
Bagai satu manusia
yang selalu maju
tapi tak tahu apa
yang diinginkannya
yang ditemukan
hanya alat pelampiasan semu
Tanpa kesejatian
yang nyata.
Rere :
hidup kok diambil pusing, kehidupan adalah sebuah kesempatan, tanpa harus
berfikir gimana jalannya.
Bapak : kau tahu apa, he...aku hanya bisa berjalan
tanpa bisa menciptakan sebuah kesempatan.
Ibuk : apa
itu kesempatan, apakah itu perjalanan, aku bisa melangkah tanpa harus
memikirkan semua itu, kau mau rumah mewah, mobil mewah, pangkat itu semua sudah
ada di pundak ku, kau tidak dapat apa-apa.
Rere :
buat apa mobil mewah, buat apa rumah mewah, dan buat apa pangkat, lihat saja
diriku apa kah aku tersiksa tanpa itu semua, itulah gue.
Bapak : itu
kau, mimpi saja kau tak punya apalagi harapan
Rere :
apakah itu mimpi, dan apakah itu harapan
Ibu :
sejak aku lahir, mimpi sudah ada, harapan sudah ada karena semua sudah ada di
depan mata.
Kau saja yang tidak beruntung. Melihatmu Aku bisa lekas jadi hantu.
Bapak :
apa yang kau bilang, kesombonganmu akan menjadikan kemlaratan kamu asal kau
tahu.
Rere :
aku disini bukan karena kalian, dan aku hidup bukan karena kalian,
A :
BAPAK
Pak, matamu lautan
membebaskan siapapun berenang
Keteduhan senyummu
mampu mengecoh setiap yang lalu
sebab tak akan ada yang tahu
marah tidakkah dirimu
Tangan kokoh sepasangmu
mampu memberkati segala rasa
Kakimu yang menegak
mengajariku berpetualang
ke setiap padang luas
bapak : apa itu sebuah keteduhan dan apa itu sebuah
kesejukan, aku tidak tahu apa yang kau maksut dan tidak akan pernah, asalkan
kau tahu itu. Dari sini saja aku merasa kebingungan dengan arti yang
sesungguhnya sebuah kehidupan, dan siapa aku.
LAGU
TIPU
Seperti padang nasi
Lautan minyak bumi
Berhiaskan permata:
buah dan sayur
Pertama terlintas
di sekujur otakku
ketika hendak kupijak
bandara menuju Indonesia
Tetapi setelah meninggi ke udara
mata ini serasa ingin terkatup
Bukan mengantuk
kemudian tertidur
Hanya
saja tak tega
melihat suasana pecah
di bawah
oleh air,
oleh angin,
oleh tanah,
oleh gunung
rere : itu kau tahu apakah
suatu kehidupan
Ibuk : makan nasi, coba kau ingat, terakhir kali kapan kau makan
nasi, kerongkonganmu yang semakin menipis selalu memberontak ingin
memperjuangkan haknya, kau tidak peduli.
Bapak : semakin aku mencoba untuk menjerit, semakin cepat khayalku, agar
aku lekas mati, tiada guna aku ada, dengan selalu membebankan mereka-mereka.
rere : aku tidak merasa membebnkan orang lain, kalau kita mau
membuka telapak tangan kenapa kau berpendapat seperti itu.
Bapak : gimana caranya aku bisa melakukan semua itu, aku Cuma bisa
menjerit dan merintih kesakitan.
A : ini negara bebas
Bapak : siapa aku
Ibuk : bapakmu
Bapak : siapa aku
Rere : perasaanmu
Bapak : siapa aku
A : egomu
Bapak : siapa aku
B : mimpimu
Bapak : dan siapa aku
No comments:
Post a Comment