Puisi
Kehidupan, berjumpa lagi dengan para pencinta
puisi, kata-kata yang pendek dan padat dan tidak lepas dari keindahan bahasa, bahkan kata
pedas,keras dan kasar juga tertoreh didalamnya yaitu puisi. Semakin hari admin
ini semakin penasaran dengan puisi Sindhunata dan dipilah-pilah diantaranya Puisi
kehidupan, dalam kesempatan ini akan menganalisis “seorang anak kecil
mati diemperan”. Selain hubungan dengan Tuhan YME, juga tidak ketinggalan Kehidupan
antar sesama makhluk,. yaitu Manusia , yang pada hakikatnya diciptakan sebagait makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain.
Membaca
puisi tanpa menganalisis seperti halnya makan nasi tanpa lauk, rasanya hambar
dan tidak karuan, paling tidakbisa mengerti apa yang hendak disampaikan kepada
pembaca, sehingga bisa menerapkan dalam Kehidupan bermasyarakat.
Bermuala dari Kumpulan puisi kehidupan, yang diambil dari karya
Sindhunata”Air kata-kata. Analisis ini menggunakan teori semiotika yang
memanfaatka tanda ikonis yang tersebar diantara-bait puisinya.
Membaca
dan menganalisis tanpa adanya sebuah saran seperti halnya makan nasi dengan
lauk langsung ditelan bulat-bulat tanpa mengunyahnya. Dari hal itu juga
termasuk dari sebuah karya sastra, paling tidak bisa memberikan masukan
sehingga admin ini kedepan lebih baik dalam mengategorikan sebuah Puisi Kehidupan
dan analisis yanglebih bermanfaat.
Terimakasih,
SEMOGA BERMANFAAT…!!!
Puisi Seorang Anak Mati di Emperan
Kesan kelaparan, penderitaan, dan disia-siakan seorang anak jalanan terasa
sekali di dalam puisi Seorang Anak Mati
di Emperan. Hal tersebut dapat diketahui dari kata-kata di dalam potongan
teks puisi di bawah ini. Kata-kata yang dapat menunjukkan hal tersebut adalah malam natal dingin dan hujan, seorang anak
di emperan menggigil dan kelaparan, dan tiba-tiba
datang penjaga gagah dan kejam, menginjaknya lalu menyeret dia keluar.
Malam Natal yang bagi sebagian besar orang merupakan
malam membahagiakan kontras sekali dengan keadaan anak gelandangan tersebut.
Malam Natal yang penuh kasih dan merupakan moment
yang banyak sekali digunakan untuk berbagi kasih dengan sesama justru malah
merupakan malam penganiayaan oleh penjaga toko mainan anak-anak (boneka) yang
dialami anak gelandangan itu.
Kelaparan dan keteraniayaan tersebut dapat diketahui pula melalui gambar
di dalam potongan teks puisi di bawah ini. Gambar seorang anak bertubuh kurus,
wajahnya menunjukkan ketidakberdayaan dengan tatapan mata sayu, berkepala besar
dari ukuran proporsional dengan tubuhnya dapat memperlihatkan bahwa kemiskinan
dan kekejaman membuatnya demikian menderita.
Hal tersebut dapat diketahui pula dari kata-kata di
dalam potongan teks puisi di bawah ini. Kata-kata yang dapat menunjukkan hal
tersebut adalah mereka melihat, seorang
anak mati di emperan, karena kedinginan dan kelaparan, sementara dari toko-toko,
terdengar nyanyian: Silent Night Holy Night.
No comments:
Post a Comment