About

puisi kehidupan " jula-juli zaman edan"Sindhunata

Puisi Kehidupan, berjumpa lagi dengan admin yang tidak pernah lelah dalam mengupas sebuah puisi,hal ini diakibatkan karena kekurangan dalam kemampuan dalam membedah sebuah puisi, sehingga dalam hal ini terus dan terus mencoba agar kekurangannya lebih berkurang. kata-kta yang disingkat sehingga memiliki makna yang bermacam-macam yaitu puisi. 

puisi yang akan dianalisis dibawah ini merupakan sebuah cermin pada zaman sekarang dengan judul jula-juli Zaman edan dari Kumpulan puisi Kehidupan (kategori) karya Sindhunata. untuk pengkajian dalam puisi ini mengguakan teori semiotika yang memanfaatkan gambar ilustrasi dalam setiap baitnya

untuk menggali agar admin ini bisa lebih baik dikemudian hari mohon saran dan kritik membangun. kalaupun teman-teman ingin lebih dalam lagi dalam menganalisis sebuah puisi kunjungi saja disini.

Jula-juli zaman edan

Gambar di dalam potongan teks puisi di bawah ini adalah pantat (bokong) yang dirangkai di dalam tusuk sate dengan background bibir terbuka siap menyantap tusukan sate pantat tersebut dan gambar tokoh negeri ini yaitu Mbak Tutut atau Siti Hardiyanti Rukmana yang merupakan anak mantan Presiden Suharto serta headline surat-surat kabar mengenai dunia ekonomi dan politik.





Gambar tersebut dapat diartikan sebagai ikon atau potret dari zaman edan sebab kerusakan zaman biasanya ditandai dengan kerusuhan di dalam bidang ekonomi, politik, dan moral. Kerusakan zaman yang dianggap paling fatal adalah mundurnya nilai moral.
Kerusakan moral tersebut dapat diketahui melalui kata-kata uteke memble morale kleru pada potongan teks puisi di bawah ini. Moral yang dimaksud adalah moral dalam hal seksualitas. Bidang seks ternyata mempunyai efek yang luar biasa tidak hanya mempengaruhi moral tetapi juga tatanan ekonomi dan politik. Pengaruh tersebut dapat diketahui melalui kata-kata politik saiki dadi dhangdhutan, rakyate kere entek digoyang dan politike kentekan program, bokonge Inul didol gram-graman.





Di dalam potongan teks puisi di bawah ini juga menunjukkan kerusuhan dunia politik selain  mempengaruhi dunia ekonomi juga mempengaruhi kehidupan sosial. Hal tersebut dapat diketahui melalui kata-kata politik saiki mek cakar-cakaran, rakyat mlarat kurang mangan, kapan rampunge krisis sosial.
Di dalam zaman edan sudah tidak dapat dibedakan baik atau buruk, kawan atau lawan, jujur atau bohong. Orang yang dianggap pelindung dan wakil rakyat justru menyengsarakan dan memberikan janji-janji kosong tanpa realisasi kepada rakyat. Kaum miskin semakin miskin, kaum kaya semakin kaya.
Salah satu tanda bahwa zaman dikatakan telah rusak adalah sudah tidak ada lagi seseorang yang patut dijadikan teladan. Setiap orang mengurusi diri sendiri dan tak mau tahu tentang orang lain. Toleransi antara seseorang dengan orang lain sudah tidak ada.






Gambar di dalam potongan teks puisi di bawah ini dapat diasumsikan sebagai lingkaran atau pusaran kerusakan yang dapat menyedot setiap orang ke dalam lingkaran kerusakannya. Kerusakan yang terjadi pada saat zaman edan adalah kerusakan politik, ekonomi, dan moral yang sangat dahsyat.
Kerusakan yang dimaksud dapat diketahui melalui kata-kata di dalam potongan teks puisi di bawah ini. Kata-kata tersebut adalah kudune mimpin sidang malah menyanyi, politike malih dadi campur sari, endi-endi wong cilik mati.







Kerusakan serupa juga ditunjukkan di dalam potongan teks puisi di bawah ini (melalui gambar 1dan 2 serta kata-kata). Kata-kata yang dimaksud adalah dadi pejabat saiki gampang, anggere gelem politik uang.





Kerusakan serupa juga ditunjukkan di dalam potongan teks puisi di atas (melalui gambar 1dan 2 serta kata-kata). Kata-kata yang dimaksud adalah sing lali bener sing eling salah (yang lupa benar yang ingat salah).
Kerusakan tersebut membentuk satu lingkaran yang dapat menghanyutkan siapa pun yang di dalam hidupnya tidak mempunyai pengendalian diri untuk tetap waspada. Kewaspadaan tersebut dapat diketahui dari potongan teks puisi di bawah ini. Kata-kata yang dimaksud adalah Ya Allah Allahuma, paring elinga lan waspada.




Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa teks puisi dan gambar memiliki keterikatan yang saling mendukung untuk menunjukkan kerusakan zaman di dalam zaman edan. Orang banyak yang lupa diri. Politik, ekonomi, dan social mengalami krisis. Orang yang tidak mempunyai pengendalian diri akan mudah sekali tersulut dan terpengaruh ke dalam lingkaran zaman edan, yaitu mereka yang tidak waspada dan berhati-hati di dalam kehidupan.

No comments: