Samudera
Diri manusia
adalah samudra
dalam dan
luas
malaekat dan
setan membunyikan
genderang
perang
berkejaran
di atas ombak-ombak
terpental
kepantai lantas
menggapai
langit
dengan
jemari dan kuku-kukunya
satu kalah
satu menang
A. Tema
Puisi Samudra
ini bertema kemanusiaan. Penulis berpendapat yang telah diceritakan penyair adalah
jiwa manusia yang tidak bisa ditebak antar manusia yang lain, “diri manusia
adalah samudra dalam dan luas” tetapi walau demikian jiwa manusia yang luas
tersebut tidak luput dari godaan setan “malaikat dan setan membunyikan
gendering perang”, hal ini adalah sebuah kode aksian tentang bagai mana gejolak
yang terjadi dalam jiwa manusia, konflik batin yang ditimbulkan oleh bisikan
setan dan malakat. Terkadang jiwa manusia menang sebab bisikan malaikat lebih
kuat jika dibandingkan dengan bisikan setan tetapi terkadang sebaliknya.
berkejaran di atas ombak-ombak
terpental kepantai lantas
menggapai langit
dengan jemari dan kuku-kukunya
satu kalah
satu menang
B. Perasaan
(feeling)
Yang
digambarkan dalam puisi ini adalah pemahaman penyair terhadap Perasaan jiwa manusia, bisikan-bisikan hati manusia
yang dipengaruhi perilaku manusia dan memahami bagaimana setan dan malaikat
mempengaruhi jiwa manusia. Malaikat mempengaruhi manusia agar selalu ada di
jalan-Nya, sedangkan setan menjerumuskan manusia agar ingkar terhadap
firman-Nya. Kadang jiwa manusia mampu mengusir segala bisikan setan yang dapat
menjerumuskannya tetapi terkadang manusia malah mengikuti hawa nafsunya, ketika
itulah setan merasa menang.
C. Nada dan
Suasana
yang
terlihat dalam puisi di atas terdapat nada bahwa penyair bercerita tentang
keadaan jiwanya atau jiwa pembaca dan sebagai seorang teman pembaca, bahkan
seluruh jiwa umat manusia. Penyair bukan sebagai halnya seorang guru, bahkan
penyair seakan tidak leluasa untuk berbagi pengalamannya. Hal terlihat dalam
baris: “satu kalah…satu menang”, pendapat penulis bahwa penyair ingin
menyampaikan bahwa sesungguhnya setiap manusia lebih sering menuruti kehendak
setan dari pada kehendak malaikat.
Setelah
membaca puisi tersebut dapat disimpulkan Suasana yang timbul dalam puisi adalah
bahwa menjalani kehidupan kita harus mengetahui sebab akibat yang kita lakukan
tidaklah semudah yang kita bayangkan seperti membalikkan telapak tangan.
D. Pesan
(Amanat)
Amanat yang
disampaikan penyair dalam puisi ini adalah bahwa kita harus bisa mengontrol
jiwa kita karena manusia terdapat jiwa yang teramat luas. Sejak zaman Nabi Adam
a.s sampai sekarang setan tak hentinya membisikan ke dalam jiwa manusia agar
ingkar kepada-Nya, maka, manusia memerlukan kendali untuk melawan bisikan
tersebut.
satu kalah
satu menang
Potongan bait ini terlihat jelas apa yang penyair
gambarkan yaitu keadaan jiwa manusia, seringkali manusia dapat melawan bisikan
setan, dan terkadang pula sebaliknya, manusia terjerumus oleh bisikan setan.
Sekali lagi manusia memerlukan sebuah benteng untuk melawan bisikan setan
tersebut. Satu-satunya jalan untuk melawan bisikan setan adalah dengan memegang
erat ajaran agama
No comments:
Post a Comment