Pengkajian
Puisi “NASEHAT-NASEHAT KECIL
ORANG TUA PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA” Karya Taufik Ismail
Melalui Pendekatan Struktural
Sebelum mengkaji kita terlebih dahulu harus mengetahui apa pengertian
strukturalisme dan apa yang terdapat pada strukturalisme. Menurut hawkes,
pengertian strukturalisme merupakan struktur yang unsur – unsurnya saling berhubungan
erat dan setiap unsur itu hanya mempunyai makna dalam hubungannya dengan unsur
lain dan keseluruhannya. Sedangkan
menurut Nurgiantoro, pengertian structural adalah Dalam penelitian sastra
yang memusatkan perhatiannya pada elemen atau unsur – unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri yaitu unsur intrinsik. Dan kesimpulannya Strukturalisme adalah pendekatan dalam pengkajian suatu karya
sastra (puisi) yang berpusat pada unsur pembentuknya yaitu unsur intrinsik yang
saling berhubungan,sehingga menjadikan karya sastra itu bersifat otonom.
pada
pengkajian puisi dengan pendekatan strukturalisme ini meliputi beberapa unsur
didalamnya. Seperti yang kita tahu puisi merupakan hasil kepaduan beberapa unsur penyusun yang membuat
karya tersebut disebut puisi. Menurut Waluyo (1991:4) puisi dibangun oleh dua
unsur pokok yaitu: struktur fisik yang berupa bahasa, dan struktur batin atau
struktur makna. Yang termasuk kedalam struktur fisik puisi yaitu Tifografi, Diksi, Pengimajian
(Citraan), kata konkret, Bahasa figuratif (Majas), Verifikasi (Rima,
Ritme, Metrum). Dan yang
termasuk kedalam struktur batin puisi yaitu tema atau makana (sense), rasa
(feeling), nada (tone), amanat.
Untuk lebih
jelasnya, unsure-unsur pokok pada puisi diatas akan dije,askan satu-persatu.
Struktur
fisik puisi
1.
Tifografi,
yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik.
2.
Diksi,
yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisisnya.
3.
Imaji
atau pengimajian (citraan), yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapakan pengalaman inderawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan
perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji
penglihatan (visual), dan imajai raba atau sentuh (taktil). Imaji dapat
mengakibatakan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti
apa yang dialami penyair.
4.
Kata
konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya
imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.
5.
Bahasa
figuratif (majas), yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makana atau
kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Pada majas ini ada
beberapa macam yang termasuk kedalam majas itu sendiri yaitu metafora, simile,
personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufimisme, repetisi, anaphora,
pleonasme, antithesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, prasprototo,
totemproparte, dan paradoks.
6.
Versifikasi,
yaitu menyangkut rima, ritme dan metrum.
Struktur
batin puisi
1. Tema atau makna (sense), yaitu unsur pokok
yang terdapat dalam puisi.
2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap
pokok pemasalahan yang terdapat dalam puisinya.
3. Nada (tone) dan suasana, yaitu sikap penyair
terhadap pembacanya.
4. Amanat, yaitu tujuan yang ada dalam puisi.
Tujuan ini mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari
sebelum penyair menciptakan puisi maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sebagai bahan kajian penulis akan mencoba
mengkaji satu buah puisi karya Taufik Ismail yang berjudul “nasehat-nasehat
kecil orang tua pada anaknya berangkat dewasa”.
NASEHAT-NASEHAT
KECIL ORANG TUA
PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA
PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA
Jika adalah yang
harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi
April, 1965
Puisi memiliki satu bait dan dan sepuluh baris.
Untuk struktur fisik puisi, pengkajian diawali dengan tifografi. Untuk
tifografi pada puisi ini tidak terdapat tifografi yang rumit. untuk kata di
awal kalimat pada setiap baris memakai huruf kafital namun pada akhir kalimat
di setiap baris tidak diakhiri dengan tanda titik.selain itu untuk tepi kanan
dan tepi kiri memiliki kesamaan disetiap barisnya yaitu menggunakan kalimat
yang tidak lebuh dari enam huruf. Untuk pengaturan baris, dikarenakan puisi ini
terdiri satu bait maka barisnya pun hanya meliputi satu bait.
Selanjutnya adalah diksi. Pada puisi diatas diksi
yang dipakai sama sekali tidak rumit. penyair lebuh memilih kata-kata yang umum
namun tidak sampai mengurangi keindahan puisi ini. Misalnya pada baris pertama
dan kedua yang berbunyi:
Jika
adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Ialah menyampaikan kebenaran
Pada kedua baris diatas peyair memakai kata jika,
kaulakukan, menyampaikan, kebenaran. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata yang
sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pada baris selanjutnya
terdapat kata-kata seperti zalim (bengis, kejam, tidak adil), agung (besar,
mulia) dan syahid (saksi, orang yang mati karena membela agama). Jadi pada
puisi ini, penyair lebih memakai kata-kata yang tidak asing didengar dan
menggunakan kata yang lebih sederhana.
Untuk pengimajian atau imaji pada
puisi diatas, berupa imaji visual penyair yang menuju pada pengaplikasian. Misalnya pada baris ke lima
dan keenam:
Jika
adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Kedua
baris pada puisi diatas menunjukan pengimajian visual. Karena disini penyair
seolah-olah melihat segala pohon-pohon
kezaliman. Sedangkan makna sebenarnya yang ada pada kedua baris puisi
diatas adalah penyair berkata bahwa kau disini harus menumbangkan atau
menjatuhkan pohon-pohon kezaliman. Dengan kata lain pohon-pohon kezaliman disini
berarti segala perbuatan jahat atau keji. Kata zalim memiliki arti bengis,
kejam, dan tidak adil.
Selanjutnya
kata konkret. Untuk kata konkret pada puisi diatas, diperlihatkan melalui
kata-kata seperti: “jual-beli” yang melambangkan persetujuan saling mengikat
antara penjual, yakni pihak yg menyerahkan barang, dan pembeli sbg pihak yg
membayar harga barang yg dijual. “agung” melambangkan sesuatu yang dipuja-puja
atau dimuliakan. “zalim” melambangkan kejahatan. “pohon” melambangkan makhluk
hidup sejenis tumbuhan.
Kemudian
ada bahasa figuratif, pada puisi diatas bahasa piguratif atau majas yang
dipakai adalah
Majas
personifikasi yaitu pada kedua baris dibawah ini:
Jika
adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
majas personifikasi ini terdapat
pada kata pohon-pohon kezaliman. Padahal kenyataannya yangterbiasa melakukan
perbuatan zalim adalah manusia.
Dan yang terakhir pada struktur
fisik puisi ini adalah unsure versifikasi. Versiikasi ini terdiri dari rima,
irama dan metrum. Untuk rima, puisi ini menggunakan rima yang berpola a-a, a-a,
a-a,a-a, b-b. untuk pola a-a terdapat pada kedelapan baris pertama dan pada dua
baris terakhir menggunakan pola b-b. maksudnya untuk baris pertama sampai baris
kedelapan memiliki dua huruf yang sama diakhir kalimat yaitu ada huruf a
dan n (an). Sedangkan pada dua baris terakhir terdapat huruf i
diakhir kalimat. Untuk irama, pada puisi
diatas irama yang hadir bila kita membaca puisi diata yaitu terjadinya
penurunan nada. Di baris pertama terjadi nada tinggi kemudian dibaris kedua
nadanya menurun. Dibaris ketiga nadanya tinggi dan di baris keempat nadanya
menurun dan seterusnya. Selanjutnya adalah metrum, metrum sendiri merupakan
pengulangan tekanan kata yang tetap dan pada puisi ini terdapat metrum.
Pada pembahasan yang kedua
mengenai struktur batin puisi. Diawali dengan tema atau makna (sense). Tema
yang ada pada puisi ini yaitu sebuah nasehat yang berupa perbuatan-perbuatan
baik yang harus dilakukan oleh seseorang yang telah menginjak dewasa. Nasehat
ini di berikan orang tua terhadap anaknya yang telah mencapai masa dewasa.
Selanjutnya adalah rasa atau
perasaan (feeling), pada puisi diatas penyair brperan sebagati i orang tua yang
sedang menasehati anaknya yang sudah beranjak dewasa. Perasaan yang timbul pada
pengarang merupakan perasaan sayang kepada anaknya. Terbukti dari beberapa
nasehat-nasehat yang terdapat pada puisi karya Taufik Ismail ini yang diberikan
kepada anaknya.
Selanjutnya adalah nada (tone) dan
suasana. Nada bicara merupakan warna emosional
atau warna makna dari karya penulis tersebut dan merupakan unsur penting dari
keseluruhan makna (waluyo, 1974: 72). Warna-warna emosional yang terdapat pada puisi ini
menunjukan rasa sayang orang tua kepada anaknya dan penyair menggambarkan warna
emosional tersebut lewat nasehat-nasehat yang ia tuliskan pada puisi ini.
Selanjutnya adalah unsur pada
struktur batin puisi yang terkhir yaitu amanat. Pada puisi ini banyak sekali
amanat yang berusaha di tuliskan penyair karena puisi ini mengangkat beberapa
nasehat-nasehat orang tua kepada anaknya. Pada baris pertama dan kedua
terdapat:
Jika
adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Ialah menyampaikan kebenaran
Pada
kedua baris diatas terdapat amanat dari penyair yaitu kita atau disini adalah
anak yang beranjak dewasa haruslah menyampaikan kebenaran. Kebenaran disini
erat kaitannya dengan kejujuran jadi kita ini harus jujur dan tidak boleh
berbohong.
Pada
baris ketiga dan keempa terdapat:
Jika
adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama keyakinan
Ialah yang bernama keyakinan
Pada
kedua baris diatas terdapat pesan dari penyair yaitu keyakinan itu tidak bisa
di perjual-belikan.
Pada
baris kelima dan keenam terdapat:
Jika
adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Pada
kedua baris diatas pesan yang ingin disampaikan penyair yaitu kita harus
menumbangkan atau memusnahkan kezaliman atau ketidakadilan, kekejaman dan
kebengisan.
Pada
baris ketujuh dan kedelapan terdapat:
Jika
adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Pada
kedua baris diatas, ppesan atau amanat yang ingin disamapaikan penyair yaitu
kita harus mengagungkan atau memuliakan Rasul tuhan atau utusan-utusan tuhan.
Pada
baris kesembilan dan kesepuluh terdapat:
Jika
adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi
Di kedua baris terakhir pada puisi diatas ini,
pesan yang ingin disampaikan penyair yaitu jika ada kesempatan untuk memillih
kematian, maka hendaklah kita memilih syahid atau mati dijalan tuhan. Ialah syahid di jalan Ilahi
No comments:
Post a Comment