About

Analisis Struktural Puisi “Ayat-ayat Kyoto” Karya Sapardi Djoko Damono

Analisis Struktural Puisi “Ayat-ayat Kyoto” Karya Sapardi Djoko Damono


sudah sering dijumpais postingan mengenai sebuah Analisis Puisi, akan tetapi belum komplit ketika belum melihat Analisis Puisi yang satu ini, admin ini dapat dijadikan sebuah bahan pembelajaran dan juga dapat dijadikan bahan referensi dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dalam lingkup puisi. didalam admin ini masih banyak kajian-kajian dalam kategori Contoh analisis Puisi. 

analisis Puisi ini ditinjau dari segi Strukturalis, berikt analisisnya:


Ayat-Ayat Kyoto

segala yang mendidih dalam kepala
tidak nyata, kecuali sakura
dan kau — tentu saja

gerimis musim semi —
tengkorakku retak;
kau pun menetes-netes ke otak

kita sakura —
gugur sebelum musim semi
tak terlacak pula
(Sapardi Djoko Damono, Ayat-ayat Api)

Tipografi
            Tipografi puisi Sapardi Djoko Damono terdiri dari tiga bait seperti puisi pada umumnya. Pada masing-masing bait tersebut terdiri dari tiga larik. Penggunaan tanda penghubung di setiap baitnya, seperti halnya ingin menyampaikan sesuatu yang menegaskan lebih dalam lagi apa yang dirasakan dan apa yang hendak disampaikan, Selain itu, penggunaan tipografi dapat mengisyaratkan kesepian menceritakansuatu kesedihan dari bentuknya yang tidak terlalu panjang dan lebar, serta penggunaan kata-kata yang sedikit. didalam akhir bait Semua kesepian akhirnya berujung di bait terakhir, terlihat cukup jelas dari jumlah kata yang terus menurun hingga bait terakhir mewakili kesedihannya.
 
Diksi
            Pemilihan kata pada puisi ini semakin jelas mewakili kesedihan, terlihat dari kata “gerimis” pada larik pertama bait kedua dan kata “gugur” pada larik kedua bait ketiga. Dari kata-kata tersebut sepertinya penyair ingin menunjukkan kesedihannya karena kehilangan orang yang dipuja dan juga terlihat pada kata “dan kau — tentu saja” pada larik ketiga bait pertama. Penyair menyatakan bahwa sampai sekarang masih memikirkan orang yang dipuja sampai “tengkorakku retak” kemudian seperti “kau pun menetes-netes ke otak”. Karena kepergian orang yang dicintainya itu tidak diduga seolah-olah “tak terlacak” sehingga di ibaratkan sakura yang “gugur sebelum musim semi”.
            Perpaduan kata-kata didalam bait puisi dapatmewakili perasaan atau gambaran utama yang dibawa penyair didalam puisi. Diksi yang paling memberi gamabaran latar adalah judul, karena langsung merujuk ke sebuah tempat di Jepang yang merupakan tempat tumbuhnya sakura. Sedangkan sakura adalah kata yang membawa suasana dalam puisi ini sehingga puisi ini terasa lebih hidupdan dapat membawa pembaca seolah-olah masuk didalam cerita puisi.

Pengimajian
            Pengimajian yang dilakukan dalam puisi ini adalah penglihatan keadaan yang menghasilkan perasaan dengan latar musim semi di Kyoto, sebuah tempat di Jepang. Pengimajian tersebut dilakukan oleh penyair dari judul sehingga pembaca akan langsung terbawa dan masuk didalam imajinasi di tempat yang diinginkan penyair atau seolah-olah masuk didalam suasana puisi.
            Keadaan sedang musim semi di tempat tersebut sehingga sakura berguguran. Dengan keadaan seperti itu, maka suasana akan menjadi melankolis. kesedihan adalah tema yang tepat dalam keadaanyang sudah digambarkan melaui bait tersebut
            Imajinasi kesedihan akan semakin diarahkan pada kesedihan ketika terbayang “gerimis musim semi”. Di keadaan yang sangat menyenangkan, gerimis datang sehingga kesedihanlah yang terasa saat itu.

Tema
            Tema dalam puisi ini adalah kesedihan setelah ditinggal seseorang yang dipuja dengan latar kyoto saat gerimis musim semi dan bunga-bunga sakura yang sedang berguguran. penyair terus memikirkan seseorang yang meninggalkannya tersebut, karena tanpa diduga akhirnya pergi meninggalkan penyair, walaupun seharusnya keadaan tersebut bahagia.          

Amanat
            Amanat dalam puisi ini adalah sikap pasrah segala yang terjadi karena dengan begitu kita tidak terlalu terbebani baik dalam pikiran dan jiwa. Seperti pada “kita sakura —/ gugur sebelum musim semi” yang menyatakan pula bahwa penyair sudah pasrah kepergian seseorang yang dipuja. Terlihat pula dalam bait-bait yang ada dimana dua bait pertama si penyair terlihat terus memikirkan seseorang tersebut, tetapi pada bait ketiga ia terlihat telah memasrahkan segala hal yang terjadi meskipun itu sangat menyakitkan dan tidak terduga sekalipun.



demikian sedikit ulasan mengenai Analisis Puisi, karya Sapardi Djoko Damono, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan bahan pembelajaran, SALAM BUDAYA...!!!!!!!!!11

No comments: