Puisi Kehidupan,tidak bosan-bosannya admin ini menyajikan sebuah puisi dengan kategori puisi Kehidupan,yang diambil dari indhunata. kata yang singkat dan memiliki banyak makna yaitu Puis. banyak terdapat kumpulan puisi kehidupan, akan tetapi dalam admin ini berbeda walaupun sama hakikatnya yaitu puii kehidupan.
dalam puisi inni termasuk puisi kehidupan, yang menyangkut tentang etika dalam berpakaian,busana dan tingkah laku. untuk secar detail lihat saja Analisis puisi, dibawah ini:
tidak lupa admin ini mengharapkan kritik dan saran agar dalam Analisis berikutnya lebih baik dan tentunya lebih bermanfaat lagi.
Puisi Balada Sebuah Bokong
dalam puisi inni termasuk puisi kehidupan, yang menyangkut tentang etika dalam berpakaian,busana dan tingkah laku. untuk secar detail lihat saja Analisis puisi, dibawah ini:
tidak lupa admin ini mengharapkan kritik dan saran agar dalam Analisis berikutnya lebih baik dan tentunya lebih bermanfaat lagi.
Puisi Balada Sebuah Bokong
Gambar wajah anak kecil di dalam potongan teks puisi di bawah ini jika
dilihat secara seksama mengekspresikan keheranan. Tipografi tulisan kata-kata A girl with the breasts, gadis dengan
buah dada, itulah nama Inggris, bagi
Inul Daratista yang disusun melengkung di depan wajah si Anak dapat
diasumsikan sebagai kata-kata yang keluar dari mulut si Anak tersebut. Wajah
keheranannya dapat dikatakan sebagai akibat dari gambar bokong atau pantat yang ada di hadapannya.
Puisi Balada Sebuah Bokong merupakan
puisi yang ditulis dan dikemas secara satire,
ada tujuan untuk menunjukkan sekaligus menyinggung keeksistensian Inul
Daratista sebagai penari Goyang Ngebor di
dunia hiburan. Fenomena Goyang Ngebor
yang heboh dari Inul tersebut sempat membuat menuai pro dan kontra dari tokoh
agama dan masyarakat karena dianggap dapat merusak moral generasi bangsa.
Oleh karena itu ditampilkan sosok wajah seorang anak
kecil (usia balita) seperti gambar di atas dan di bawah ini. Hal ini disebabkan
oleh anggapan mereka mengenai anak kecil tersebut merupakan generasi penerus bangsa
yang dianggap cikal bakal pemimpin dan penentu maju mundurnya nusa bangsa di
masa depan.
Di dalam potongan teks puisi di bawah ini kata-kata Memang di negara ini lebih mudah rebut soal
bokong ngebor, daripada memejahijaukan dan memenjarakan koruptor, Goyang erotis
dirazia predator milyardan rupiah dibiarkan saja, Waria jadi target operasi
legislator dibiarkan mandi, di kolam money politics dan korupsi, Di Negara ini
seks mudah jadi kambing hitam kemunafikan moral, semata-mata untuk menutupi
kekotoran dan kebiadaban kekuasaan digunakan Sindhunata sebagai sindiran.
Bahwa hanya masalah Goyang Ngebor Inul
Daratista masalah negara sempat tertunda. Masalah yang banyak merugikan negara
dan rakyat dikesampingkan dengan mengambinghitamkan goyangan Inul Daratista
yang dianggap erotis dan dapat menimbulkan birahi atau syahwat.
Gambar pantat dan tipografi tulisan kata-kata di sampingnya yang
menggunakan bahasa Inggris jika diperhatikan secara seksama menyerupai bentuk
hubungan seksual melalui belakang (sodomi) di dalam potongan teks puisi di
atas. Hal tersebut dapat diasumsikan sebagai ketidakwajaran.
Di dalam konteks puisi Balada
Sebuah Bokong ketidakwajaran yang dimaksud dapat diketahui dari kata Dan apakah arti sebuah bokong di panggung, sampai
ia harus dilihat seperti gunung, sementara uang yang bergulung-gulung, dalam
prostitusi terselubung, dari mereka yang kaya yang bertelanjang ria dalam pesta
Caligula, yang bermain seks di Pajero Goyang sepanjang jalan Jakarta, yang ciak
susu sebagai menu sarapan pagi di hotel mewah, dibiarkan merajalela, Ya apa
arti goyang bokong seorang pendangdut desa, disbanding dengan sex undercover
mereka yang berpunya di dalam potongan teks puisi di atas.
Hal tersebut sekaligus menunjukkan adanya ketimpangan di dalam permasalahan
moral, dalam konteks seks, yaitu permasalahan seks yang lebih besar pengaruhnya
secara langsung tidak ditindak tetapi masalah goyang yang sebenarnya masih
wajar dan dapat menghibur dibredel
atau dipermasalahkan besar-besaran serta dituduh sebagai sumber perusak moral
bangsa.
Hal serupa juga terdapat pada tipografi dan gambar
anak kecil di dalam potongan teks puisi di bawah ini. Jika diperhatikan secara
seksama tipografi tulisan Sinom Gara Gara
tersebut menyerupai goyangan ngebor
Inul Daratista. Kata-kata yang dapat menunjukkan hal tersebut ada pada isi Sinom Gara Gara dalam potongan teks
puisi di bawah ini. Negara menjadi ramai karena perang saudara, manusia hilang
perikemanusiaannya, doa dan dzikir (keimanan) tidak dapat menjadi alat
pengendali diri, banyak orang yang lupa diri, kekuasaan dan politik
disalahgunakan, banyak terjadi krisis di bidang ekonomi, hukum, sosial, dan
moral.
Di dalam potongan teks di bawah ini dapat diketahui pula bahwa bokong
dapat menjadikan dunia politik dan suatu negara kacau. Kekacauan tersebut dapat
diketahui melalui kata-kata bukan dengan
pekerti kita berpikir, tapi dengan bokong kita menaksir, dan kita pun jadi
bangsa yang pandir dan Tapi ingatlah
zaman edan, telah juga membuat kobong menjadi bokong, Kendati sudah lewat kobong,
masih juga kita hidup dari bokong, berdebat karena bokong, berkuasa dengan
bokong di dalam potongan teks di bawah ini.
Terlihat sekali bahwa hanya gara-gara sebuah goyangan
saja seseorang dapat terpengaruh sekali. Ini menandakan bahwa sikap mental yang
dimiliki oleh bangsa ini (maksudnya bangsa Indonesia) masih kagetan (belum bisa menerima dan
menanggapi dengan biasa dan wajar saja) dengan hal-hal yang baru terutama mengenai
seksualitas. Masalah-masalah demikian ternyata belum bisa dengan cerdas diterima
oleh bangsa ini.
Meskipun demikian dapat diambil hikmah dari fenomena pro kontra goyangan Inul
Daratista tersebut. Dengan kejadian demikian bangsa Indonesia dapat bercermin dan
mengadakan perenungan atas dirinya sendiri untuk tidak menjadi bangsa yang kegetan lagi. Ternyata hal yang dianggap tabu dan rendah berguna juga di dalam
kehidupan untuk dijadikan bahan pembelajaran orang lain untuk mengendalikan
diri agar menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Kata-kata yang dapat menunjukkan hal tersebut adalah Ya Allah mengapa mesti bokong, yang menjadi cermin hidup kami, Dan bokong itu pun menjadi rembulan, lalu
langit penuh dengan bokong berbintang di dalam potongan teks puisi di bawah
ini.
Di dalam teks puisi Balada Sebuah Bokong gambar dan teks puisi mempunyai keterikatan yang
menunjukkan masalah seksualitas ternyata merupakan permasalahan besar di negeri
ini (Indonesia) yang dapat mempengaruhi bidang kehidupan lainnya. Sementara
bangsa ini belum bisa cerdas menghadapi permasalahan tersebut dan masih
mencampuradukkan atau menyangkutpautkan masalah tersebut dengan masalah lainnya
yang akhirnya mengarah pada pengkambinghitaman.
No comments:
Post a Comment