About

Analisis Puisi Diponegoro


Pada penelitian ini data yang digunakan adalah puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Diponegoro.” Puisi ini terdapat dalam buku kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang.
DIPONEGORO                                                  (Judul)
Di masa pembangunan ini                                     (baris 1/bait 1)
Tuan hidup kembali                                              (baris 2/bait 1)
          
Dan bara kagum menjadi api                                (baris 3/bait 2)
Di depan sekali tuan menanti                                (baris 4/bait 3)
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.          (baris 5/bait 3)
Pedang di kanan, keris di kiri                               (baris 6/bait 3)
Berselempang semangat yang tak bisa mati.         (baris 7/bait 3)
MAJU                                                                   (baris 8/bait 4)
Ini barisan tak bergenderang-berpalu                    (baris 9/bait 5)
Kepercayaan tanda menyerbu.                              (baris 10/bait 5)
          
Sekali berarti                                                         (baris 11/bait 6)
Sudah itu mati.                                                      (baris 12/bait 6)
MAJU                                                                   (baris 13/bait 7)
Bagimu negeri                                                       (baris 14/bait 8)
Menyediakan api.                                                  (baris 15/bait 8)
Punah di atas menghamba                                    (baris 16/bait 9)
Binasa di atas ditinda                                            (baris 17/bait 9)
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai                   (baris 18/bait 10)
Jika hidup harus merasai                                       (baris 19/bait 10)
Maju.                                                                     (baris 20/bait 11)
Serbu.                                                                    (baris 21/bait 11)
Serang.                                                                  (baris 22/bait 11)
Terjang.                                                                 (baris 23/bait 11)
Judul
Diponegoro
Diponegoro merupakan seorang pangeran yang lahir pada 11 November 1785. Ia putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III (1811–1814). Ibunya Raden Ayu Mangkarawati merupakan keturunan Kyai Agung Prampelan yaitu ulama yang sangat disegani di masa panembahan senapati mendirikan kerajaan Mataram. Pangeran Diponegoro adalah seorang pemberani khususnya dalam melawan pemerintahan Belanda yang ada di Indonesia saat itu, sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Pada saat perang Diponegoro kerugian dari pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.
Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan, hadiah sebesar 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Pada tanggal 16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang masuk wilayah Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia. Pada 28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro, tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux.
Chairil Anwar ingin menumbuhkan semangat untuk meraih kemerdekaan dalam puisi ini apalagi puisi Diponegoro ini lahir sekitar bulan Februari tahun 1943 saat Indonesia belum merdeka. Chairil Anwar sebagai penulis puisi ini ingin menghidupkan kembali semangat perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah pada saat itu.
Bait 1
            (1)   Di masa pembangunan ini
            (2)   Tuan hidup kembali
Pada kata pembangunan di baris kesatu bukan berarti pembangunan secara fisik seperti membangun gedung atau tempat lain. Tetapi, kata pembangunan dalam puisi ini mempunyai makna untuk membangun semangat meraih kemerdekaan. Karena saat puisi ini muncul yaitu pada tahun 1943 yang berarti Indonesia masih belum merdeka. Semangat serta keberanian Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah saat itu ingin di ungkapkan oleh Chairil Anwar melalui puisi tersebut supaya bisa memberi semangat kepada masyarakat Indonesia untuk segera berjuang dalam merebut kemerdekaan dari penjajah. Pada kata hidup mempunyai arti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya. Bukan berarti Pangeran Diponegoro setelah beliau meninggal kemudian harus hidup kembali jasadnya, tetapi kata hidup disini bisa diartikan semangat Pangeran Diponegoro dalam melawan belanda sebelum beliau meninggal diharapkan bisa muncul atau hidup kembali kepada masyarakat Indonesia saat itu.
Bait 2
            (3)   Dan bara kagum menjadi api
Kata api pada bait kedua baris ketiga bukan mempunyai arti api pada umumnya yang berupa cahaya dari sesuatu yang terbakar. Tetapi kata api pada puisi ini mempunyai makna kekaguman Chairil Anwar kepada Diponegoro. Hal itu semakin diterlihat ketika pada sebelumnya ada kata bara kagum, bara masih ada kaitannya dengan api, bara merupakan arang yang masih panas terbakar sebelum menjadi api. Begitupun kekaguman Chairil Anwar kepada Diponegoro yang tidak hanya sekadar menjadi bara saja tetapi sudah menjadi api.
Bait 3
            (4)   Di depan sekali tuan menanti                         
            (5)   Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.               
            (6)   Pedang di kanan, keris di kiri                                    
            (7)   Berselempang semangat yang tak bisa mati 
Di depan sekali tuan menanti mempunyai makna masyarakat Indonesia sudah tidak sabar untuk menunggu perjuangan supaya Indonesia berhasil menyingkirkan para penjajah demi meraih kemerdekaan, apalagi kata menanti yang bisa dikatakan memang mempunyai arti menunggu. Kata pedang pada bait ketiga baris keenam bukan mempunyai arti parang panjang atau parang yang tajam, tetapi kata pedang pada puisi ini mempunyai arti bantuan kekuatan dari militer yang sudah terlatih karenan pedang sendiri dibeberapa kebudayaan memiliki prestise lebih atau paling tinggi dibandingkan senjata tajam lainnya, begitu juga militer. Sedangkan kata keris berarti senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua (bilahnya ada yang lurus, ada yang berkeluk- keluk). Dalam puisi ini kata keris mempunyai makna bantuan kekuatan doa karena keris dipercaya identik dengan kekuatan mistis. Keris dipercaya oleh masyarakat jawa bukan hanya untuk melindungi diri dari lawan secara fisik, tetapi keris dipercaya mempunyai kekuatan mistis sehingga orang yang mempunyai keris harus di rawat dengan baik seperti di doakan serta dimandikan pada saat tertentu. Kata Berselempang semangat bukan berarti semangat disandangkan ke bahu menyerong dari dada kearah pinggang kanan atau kiri apalagi semangat tidak ada bentuk nyatanya. Makna dari kata Berselempang sendiri merupakan sesuatu yang disandangkan di anggota badan. Kata Berselempang dalam puisi ini mempunyai makna bertabur semangat yang sangat besar didalam tubuh yang tidak akan bisa mati. 
Bait 4
            (8)   MAJU  
Kata MAJU dalam puisi ini ditulis dengan huruf kapital semua. merupakan kata seruan agar segera memanfaatkan semangat kemerdekaan yang sudah mulai terbangun untuk melawan penjajah. 
Bait 5
            (9)         Ini barisan tak bergenderang-berpalu                 
           (10)           Kepercayaan tanda menyerbu.
      Pada kata Ini barisan tak bergenderang-berpalu baris kesembilan tidak mempunyai makna pasukan yang membawa gendang besar atau membawa sejenis alat yang biasanya digunakan untuk memukul paku saat akan berperang, tetapi tidak membawa senjata apa-apa selain mengandalkan semangat meraih kemerdekaan dan saling mempercayai satu sama lain untuk bersama melawan penjajah. Meskipun tanpa berbekal senjata yang lengkap mereka masih punya tekad semangat serta saling percaya yang kuat untuk melawan penjajah supaya segera meraih kemerdekaan.
Bait 6
            (11)                       Sekali berarti                                      
            (12)                 Sudah itu mati.
      Kata berarti pada baris kesebelas mempunyai makna mengandung maksud, perbuatan baik tetapi dalam puisi ini mempunyai makna pengorbanan. Mereka ingin sebelum meninggal mempunyai jasa dengan ikut serta melawan penjajah. Mereka tidak peduli meskipun setelah itu mereka mati. semangat yang sudah terbangun membuat mereka tidak takut dengan resiko terburuk yang akan mereka hadapi, karena yang paling penting adalah Indonesia segera meraih kemerdekaan biarpun mereka tidak ikut menikmati bagaimana rasanya merdeka tetapi mereka ikut berjuang serta berkorban untuk meraih kemerdekaan tersebut.
Bait 7
            (13)               MAJU
      Kata MAJU baris ketiga belas hampir sama dengan baik keempat, pada bait ketujuh ini juga merupakan kata seruan untuk semakin menekankan agar masyarakat Indonesia segera maju dan melawan para penjajah untuk segera meraih kemerdekaan.
Bait 8
            (14)                       Bagimu negeri                                                            
            (15)                 Menyediakan api.
      Kata api pada baris kelima belas ini berbeda dengan kata api pada baris ketiga bait kedua yang mempunyai makna kekaguman penulis kepada sosok Pangeran Diponegoro. Tetapi, kata api pada baris kelima belas ini mempunyai makna semangat serta berharap dukungan penuh dari semua pihak supaya Indonesia segera merdeka. Mereka tidak ingin meminta apa-apa kepada negeri selain dukungan penuh sebagai penambah semangat. Mereka ingin segera berjuang untuk secepatnya meraih kemerdekaan dengan semangat mereka yang sudah terbangun.
Bait 9
            (16)                       Punah di atas menghamba                                         
            (17)                 Binasa di atas ditinda
      Kata punah pada baris keenam belas mempunyai arti habis semua hingga tidak ada sisanya, benar-benar binasa musnah, tetapi dalam puisi ini mempunyai makna berhenti untuk mengabdi kepada para penjajah. Saatnya bangsa Indonesia untuk merdeka daripada negara ini rusak karena penjajah. Bangsa Indonesia ingin segera merasakan kemerdekaan. Segala bentuk penindasan khususnya yang dilakukan oleh penjajah harus segera di hilangkan dari negeri ini. 
Bait 10
            (18)                       Sungguhpun dalam ajal baru tercapai                        
            (19)                  Jika hidup harus merasai  
       
      Pada bait kesepuluh ini mempunyai makna mereka tidak peduli jika kemerdekaan bangsa Indonesia baru bisa diraih ketika mereka sudah meninggal atau ajal menjemput. Itu terlihat pada kata dalam ajal baru tercapai, maksud dari kata tercapai bukan tercapai pada kematian tetapi kepada kemerdekaan bangsa Indonesia. Meskipun seandainya mereka tidak bisa merasakan bagaimana kemerdekaan itu tetapi yang terpenting mereka sudah ikut berjuang dengan semangatnya melawan para penjajah. Mereka sudah pernah merasakan tidak enaknya saat dijajah jadi mereka berharap jangan sampai anak cucu mereka merasakan apa yang sudah mereka alami selama masa penjajahan.
Bait 11
            (20)                       Maju.                                                                          
            (21)                       Serbu.                                                                         
            (22)                       Serang.                                                                       
            (23)                  Terjang.
      Pada bait kesebelas memang setiap kata bunyi berbeda, kata Maju pada baris keduapuluh sebenarnya mempunyai makna berjalan ke muka atau kedepan. Kata Serbu pada baris keduapuluh satu mempunyai makna mendatangi dengan maksud melawan. Kata Serang pada baris keduapuluh dua juga mempunyai makna mendatangi untuk melawan. Kata Terjang pada baris keduapuluh tiga juga mempunyai makna yang sebenarnya hampir sama dengan serang. Pada bait kesebelas ini mempunyai makna bersama yaitu untuk melawan penjajah.

No comments: