Analisis puisi, malam ini timbul ketertarikan untuk menndalami tentang sebuah kata-kata yang dibuat sedemikian rupa dan perupa dengan hail diluar kemampuan kita yang sangat indah yaitu Puisi, ketertarikan ini menuntunku dalam sebuah Analisis puisi, admin ini menyajikan semua hasil dari yang sudah dilakukan kedalam Contoh-contoh analisis puisi,karya Sindhunata.
contoh analisis puisi,banyak terdapat sebuah kajian tentang puisi,untuk mencari makna yang tersirat didalam kandungannya, dengan menggunakan teori tertentu, akan tetapi dalam admin ini menggunakan teori Semiotika, dengan pemanfaatan gambar ilustrasi dan penggunaan bait yang tidak eperti biasanya yaitu Tipografi.
kritik dan saran anda semua akan membantu dalam Analisis puisi Berikutnya.
Puisi Mbah
Merapi
Gambar gunung berapi di dalam potongan teks puisi di bawah ini dapat
diasumsikan sebagai Gunung Marapi, sama seperti judulnya. Gambar gunung berapi yang
masih aktif (ditandai dengan keluarnya asap dari puncaknya) tersebut dibingkai
ke dalam gambar segitiga. Gambar segitiga sering diidentikkan dengan hal-hal
yang bahaya, bersifat warning. Bahaya
di dalam konteks puisi Mbah Merapi dapat
diasumsikan sebagai misteri, angker atau hal-hal gaib yang dapat mengancam
kehidupan orang banyak.
Gambar Semar di bawah gambar gunung berapi tersebut sapat diartikan
sebagai sikap bijaksana dan waspada sebab Semar sering diidentikkan dengan
kebijaksanaan. Warna hijau yang disebutkan di dalam teks puisi dapat diartikan
sebagai warna yang penuh misterus sebab warna tersebut merupakan warna favorite Nyai Gadhung Melati (merupakan Dewi
Kesuburan yang dipercayai masyarakat di lereng Gunung Merapi.
Tipografi di dalam potongan teks puisi di atas jika diperhatikan secara seksama
menyerupai jalan atau anak-anak tangga yang dapat diartikan sebagai usaha
manusia menempuh perjalanan menjadi seseorang yang dapat bersikap bijaksana
dalam hal menjaga dan tidak membuat kerusakan pada alam/lingkubgannya.
Di dalam potongan teks puisi di atas dapat diketahui adanya pesan (nasihat)
kepada manusia untuk bersikap bijaksana (diidentikkan dengan Semar) dalam menjaga
lingkungan hidup (digambarkan sebagai gunung berapi). Jika tidak bijaksana maka
bencana (digambarkan sebagai letusan Merapi) akan datang dan merugikan umat manusia.
Bencana tampak pada kata-kata di dalam potongan teks puisi di atas.
Kata-kata yang dapat menunjukkan hal tersebut adalah kegelapan di Alas Tutupan, terbangun oleh
birahi. Jadi, gambar dan teks puisi di dalam puisi Mbah Merapi saling terkait dan terikat satu sama lain untuk
menjelaskan bahaya yang akan datang jika manusia berbuat kerusakan pada
alam/lingkungan sekaligus cara seseorang bersikap bijaksana untuk tetap menjaga
alam/lingkungannya
No comments:
Post a Comment