About

Contoh Analisis Puisi

TAHAJUD
Tuhanku
Aku tak kuasa tengadah lagi
Di depanmu aku begitu kerdil, tak
Setitik kecilpun
Tuhanku
Keangkuhanku sirna sudah mengingat
Diriku yang bersimbah debu kenistaan
Di hamparan sajadah merah
Aku terduduk, tafakur
Merenungi diri dan kisah perjalananku
Hari ini
Mohon lapangkan hidupku
Esok hari
1996

A. Tema
Tema yang ada dalam puisi yang berjudul “Tahajud” adalah tema religius. Seandainya puisi tersebut dikaji diksinya, puisi tersebut didominasi oleh kata-kata yang mencerminkan kereligiusan puisi, yaitu:
Tuhanku
Sajadah
Tafakur
Selain itu, tema tersebut dapat disimpulkan melalui judul yang dipakai oleh pengarang yaitu “tahajud”. Tahajud adalah salah satu sholat sunat yang dilaksanakan malam hari setelah pelaku tidur sejenak.
Puisi tersebut menceritakan pengakuan penyair tentang ke-Maha-Kuasaan Tuhan, penyair menyadari bahwa dia begitu kecil jika dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan.
Hal ini merupakan hasil perenungan penyair ketika dia melaksanakan sholat tahajud. Selain itu penyair menyadari bahwa dirinya adalah insan yang penuh dengan dosa.
Tuhanku
Aku tak kuasa tengadah lagi
Di depanmu aku begitu kerdil, tak
Setitik kecilpun
Tuhanku
Keangkuhanku sirna sudah mengingat
Diriku yang bersimbah debu kenistaan
Dengan pemaparan yang telah penulis ungkapkan di atas maka jelas bahwa tema yang terkandung dalam puisi di atas adalah tema religius.

B. Perasaan (Feeling)
Perasaan penyair dalam puisi tersebut adalah perasaan rendah diri penyair. Perasaan tersebut hadir ketika dia merasa bahwa dirinya adalah insan yang dipenuhi dosa tetapi Tuhan selalu saja memberikan rejeki padanya.
Penyair menyadari bahwa dirinya tak pantas untuk berlaku angkuh di hadapan Tuhan. Selain itu karena penyair merasa begitu kecil di hadapan-Nya maka penyair memohon doa agar hidupnya dilapangkan.
Di hamparan sajadah merah
Aku terduduk, tafakur
Merenungi diri dan kisah perjalananku
Hari ini
Mohon lapangkan hidupku
Esok hari

C. Nada dan Suasana
Pegarang menyampaikan idenya pada pembaca dengan menggunakan dirinya sebagai tokoh dalam puisi, sehingga tercermin bahwa penyair adalah seorang yang berbudi luhur, rendah diri, dan peka.
Penyair tidak berusaha mengingatkan pembaca dengan sikap yang menggurui, melainkan denga sebuah teknik yang sempurna, sehingga tidak ada pihak yang merasa tersinggung dengan hadirnya puisi tersebut.
Sedangkan  suasana yang ada setelah membaca puisi tersebut adalah mengikuti arus kesadaran pengarang bahwa kita hanyalah mahluk Tuhan yang begitu kerdil, penuh dosa, dan tidak pantas untuk berlaku angkuh di dunia milik-Nya.

D. Pesan (Amanat)
Pesan yang ingin disampaikan penagrang dalam puisinya adalah:
  1. Kita adalah mahluk Tuhan yang begitu kerdil jika dibandingkan dengan kekuasaan-Nya.
  2. Manusia adalah mahluk yang penuh dengan dosa, sedangkan Tuhan selalu memberikan rejeki pada manusia.
  3. Manusia tidak pantas berlaku angkuh dan sombong di dunia.
  4. Tidak ada tempat berlindung dan memohon pertolongan kecuali Pada Tuhan.


KURSI

Sebuah kursi peninggalan kakekku
ada lingkaran terukir di situ
–          kek, jika tembangmu menyiratkan jalanku
dimana kau simpan cerminmu?
bawah matahari yang belum kuseru
laut begitu dalam
menunggu dan menunggu
dan lelaki tua yang di pantai termangu
mungkin bayang-bayang diriku
sebuah kursi peninggalan kakekku
ada lingkaran terukir di situ
dan aku berjalan
mencari sudut lingkaran itu
1975
A. Tema
Tema yang ada dalam puisi tersebut adalah kemanusiaan, sebab menceritakan tentang sebuah kehidupan. Tema tersebut dihadirkan dengan menggunakan metafor.
Sebuah kursi peninggalan kakekku
ada lingkaran terukir di situ
– kek, jika tembangmu menyiratkan jalanku
dimana kau simpan cerminmu?
Kursi pada puisi di atas adalah sebuah simbol dari kehidupan. Pada kursi tersebut terukir sebuah lingkaran yang penulis artikan sebagai pengalaman kehidupan. Mengapa penulis mengartikan demikian?, sebab diperkuat oleh perkataan tokoh aku yang menanyakan bagaimana pengalaman tersebut dan harus seperti apa aku menjalani kehidupan.
Bait selanjutnya yang berbunyi:
bawah matahari yang belum kuseru
laut begitu dalam
menunggu dan menunggu
dan lelaki tua yang di pantai termangu
mungkin bayang-bayang diriku
Bait tersebut merupakan pendapat tokoh aku tentang masa depannya, dengan berbagi kemungkinan. Apakah hanya akan menjadi lelaki tua yang termangu di tepi pantai? (seseorang yang tidak berguna sampai hari tua).
Pemaparan penulis di atas menjelaskan bahwa tema yang terdapat dalam puisi di atas adalah tema kemanusiaan.

B. Perasaan
Perasaan dalam puisi di atas adalah bahwa penyair mengetahui dalam hidup ini diperlukan pengalaman agar tidak salah dalam mengambil jalan.
Penyair merasa perlu pengalaman dalam menjalani kehidupan, bahkan kehidupan harus selalu bercermin dari pengalaman orang lain yang berguna bagi diri pribadi.

C. Nada dan Suasana
Nada penyair dalam menyampaikan inti cerita adalah dengan lugas menjelaskan betapa dalam menjalani hidup ini diperlukan sebuah pengalaman, sebab sesuai pepatah bahwa pengalaman adalah guru terbaik.
Suasana yang ada dalam benak saya sebagai pembaca adalah perasaan berupa ungkapan persetujuan tentang apa yang diungkapkan penyair, bahwa kehidupan memerlukan pengalaman.

D. Pesan
Pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam puisi di atas adalah kita harus selalu teliti dalam menjalani kehidupan, ketelitian tersebut memberikan pemahaman bahwa hidup harus senantiasa berhati-hati. Salah satu cara untuk hidup berhati-hati adalah dengan selalu bercermin dari pengalaman, baik itu pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain.
———————————————————————————————————————————————————————

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Setelah menelaah beberapa puisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa puisi begitu sarat dengan makna yang sangat berguna bagi kita dalam menempuh kehidupan.
Mengkaji tema, perasaan, nada, suasana, dan amanat sebuah puisi memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis, selain kaitannya dengan panulis yang bergelut dalam dunia pendidikan juga makana yang terkandung dalam sebuah puisi tidak terlepas dari nuansa religius yang dapat memperkokoh keimanan.
B. SARAN
Penulis hanya bisa menyarankan agar mempelajari dan memaknai sebuah puisi bukan Karen atuntutan tugas atau lain hal, melainkan karena panggilan jiwa yang merasa butuh akan amanat yang terkandung dalam sebuah puisi.

No comments: